5 Alasan Kenapa Kita Nggak Boleh Sebaper Itu Soal Politik
Capek nggak sih kalian, tiap buka medsos pasti ada aja debat panas soal politik? Entah di kolom komentar Instagram, di barisan reply di Twitter, atau timeline di Facebook. Sekarang semua-semua disangkutpautkan sama politik. Iya tahu, saat ini memang lagi masa-masa kampanye pilpres. Sebagai warga negara yang baik, kita emang udah semestinya ikut menyambut pesta demokrasi ini dengan damai. Jangan malah bikin gaduh, sebar kebencian, dan saling memecah belah~
Dari perkara percaya ‘hoax’ yang mana sampai pose foto satu jari atau dua jari yang tiba-tiba dianggap jadi statement politik, semua hal sekarang seakan-akan pasti punya pesan politik tersembunyi. Padahal yang namanya pose peace dua jari ataupun acungan jempol itu sudah lama jadi gaya berfoto andalan banyak orang. Hipwee bukan mau ikut-ikutan kampanye terselubung ya. Cuma pengen bahas aja kenapa sih bicara politik sekarang jadi sangat sensitif? Sampai nggak sedikit yang jadi musuhan gara-gara pilihan politiknya beda! Duh… yuk lah kita bahas bareng Hipwee News & Feature!
1. Bicara politik di masa kampanye kayak sekarang memang sangat sensitif, sampai-sampai cuma gara-gara beda pilihan politik aja bisa saling bermusuhan!
Saking sensitifnya bahkan pose pakai dua jari (yang padahal maksudnya “peace“) aja diralat. Ya kayak yang dilakukan Luhut itu. Padahal Bu Christine ‘kan cuma pengen pose bebas, Pak~ Karena kejadian ini, publik jadi banyak yang menyangkutpautkan sama politik. Perdebatan terjadi dimana-mana. Emang sih, kalau menurut Pasal 282 UU nomor 7 tahun 2017, pejabat publik itu dilarang melakukan tindakan yang merugikan atau menguntungkan salah satu paslon selama masa kampanye, kayak Luhut dan Menteri Sri Mulyani yang terlihat enggan menunjukkan gaya 2 jari, dan lebih pilih 1 jari aja.
Kalau gaya “peace” nggak boleh dipakai berarti orang-orang Jepang atau Korea yang emang terbiasa gaya gitu juga patut diralat dong ya?
2. Nggak cuma soal pose, menanggapi tindakan melenceng yang dilakukan salah satu kubu aja udah dituduh fans militan kubu lain. Padahal cuma mau meluruskan apa yang ‘bengkok’
Masih ingat ‘kan kejadian lain yang masih hangat di kepala, soal hoaks Ratna Sarumpaet? Belum lama ini, salah satu anggota tim pemenangan Prabowo-Sandi itu terlibat kasus persebaran berita palsu. Dia berbohong kalau habis dipukuli orang di bandara Husein Sastranegara, Bandung. Padahal wajah lebamnya itu hasil operasi. Publik pun heboh dan beramai-ramai mengomentari kasus ini. Di mana-mana, yang namanya hoaks itu ‘kan nggak bisa dibenarkan. Lah waktu kasus kemarin, orang-orang yang nyinyirin Ratna banyak yang ditudung fans militan kubu sebelah. Padahal ‘kan cuma pengen meluruskan yang ‘bengkok’ aja
3. Punya preferensi pemimpin sendiri-sendiri itu memang nggak dosa. Tapi please, jangan sampai cuma gara-gara ini kalian jadi kehilangan akal sehat
Sebenarnya, punya pilihan politik masing-masing itu nggak dosa lho. Mau pilih paslon nomor 1 kek, nomor 2 kek, terserah, bebas sebebas-bebasnya. Tiap orang pasti punya alasan masing-masing kenapa dukung A dan kenapa dukung B. Yang dosa itu kalau sampai perbedaan pandangan politik itu malah membawa ke perpecahan. Mirisnya banyak banget yang sampai mengorbankan pertemanan atau bahkan hubungan keluarga! Serius, ini udah banyak banget kasusnya.
Ya daripada saling hina dan debat nggak jelas gitu –kebanyakan debatnya juga nggak mutu, saling melempar kejelakan paslon rivalnya– ‘kan mending fokus ke memberi dukungan dan mendata program kerja paslon masing-masing buat “dijual”. Debat prestasi atau proker gitu ‘kan akan jauh lebih sehat, dibanding saling mengujar kebencian. Emang nggak capek ya marah-marah terus? Sini yang lihat atau baca aja ikut capek lho
4. Padahal gaduh politik ini bakal berlalu guys. Sedangkan hubungan pertemanan atau keluarga yang kalian korbankan itu mungkin nggak bisa dikembalikan lagi seperti semula. Toh, aktor-aktor di panggung politik sana banyak yang dulunya musuhan, tapi sekarang jadi satu kubu, atau sebaliknya
Nyadar nggak sih kalian kalau sebenarnya banyak banget aktor-aktor di panggung politik sana yang sekarang “musuhan” padahal dulunya “temenan”, atau sebaliknya? Prabowo dulunya adalah cawapresnya Megawati. Fadli Zon dulu jubirnya Jokowi-Ahok di Pilkada DKI. Amien Rais yang dulu nyapres lawan SBY dan Prabowo, sekarang malah mesra banget sama Prabowo, dan banyak lagi lainnya. Please wake up, gaduh politik ini sifatnya sementara kok guys. Mungkin aja saat di sini kita saling benci, pejabat-pejabat politik di sana lagi ngopi dan ketawa-ketawa bareng.
Ayo lah, pakai akal sehatmu, jangan sampai hubungan pertemanan dan keluarga itu jadi tumbalnya…
5. Sebelum menyesal karena pernah “seserius” itu sama politik dan akhirnya malah cuma buang-buang tenaga, mending hatinya diademin dulu yuk. Bersaing secara sehat itu lebih nggak bikin capek kok~
Penyesalan itu selalu datang di belakang guys. Sebelum pada menyesal karena pernah seserius itu sama politik, mending sekarang mulai tobat deh. Eh, tapi jangan salah mengartikan, bukan berarti kita harus golput lho ya. Punya ‘jagoan’ sendiri itu sah-sah aja. Silahkan mendukung paslon favorit masing-masing. Tapi ya kembali lagi, mari bersaing secara sehat. Jangan terlalu sensitif gitu, dibawa santai aja~
Nah, gimana? Masih mau debat-debat nggak jelas yang malah bikin capek sendiri? Daripada ribut sampai gila sih, mending simpan tenaga aja di bandar bola terpercaya
Tidak ada komentar: